Minggu, 19 September 2010

Satu Kebutuhan yang Hampir Terlupakan

Kehidupan yang penuh dengan rutinitas secara terus menerus akan menimbulkan kejenuhan. Jika kejenuhan tersebut muncul maka akan menyebabkan kurangnya daya kreatifitas, sulit mendapatkan inspirasi maupun solusi masalah. Hal ini tentusaja dapat mengganggu produktivitas kita dalam bekerja dan berkarya. Akibatnya, kita akan menemukan hambatan-hambatan untuk maju dan berkembang. Gejala-gejalanya seperti kebuntuan dalam mencari ide, solusi, dan sulit mengembangkan pola berpikir, sehingga yang kita rasakan adalah ketidaksabaran, tingkat tekanan meninggi, stress bahkan depresi.

Di Negara-negara maju, perusahaan-perusahaan swasta telah mengembangkan suatu metoda untuk menunjang produktivitas karyawannya dan menekan hambatan-hambatan psikologis dalam bekerja dengan cara memberikan tunjangan untuk berlibur. Malahan mereka tidak hanya memberikan tunjangan berupa uang tetapi memastikan karyawannya berangkat berlibur dengan memberikan dalam bentuk fasilitas akomodasi dan transportasi yang tidak bisa diuangkan. Perjalanan wisata ini diberikan ke tempat tujuan wisata ke luar daerah bahkan keluar negeri untuk karyawan dengan level tertentu.

Hal ini selain disambut baik oleh karyawan karena terbebas sejenak dari belenggu-belenggu rutinitas yang menjemukan. Sarana refreshing ini mereka manfaatkan untuk ‘meregangkan’ pundak mereka yang setiap hari dibebankan tuntutan-tuntutan peningkatan output dalam pekerjaannya. Sedangkan perusahaan juga mendapat keuntungan yaitu karyawan-karyawannya terbebas dari stress yang menyebabkan kebuntuan karyawan dalam problem solving dan ide-ide peningkatan efisiensi dalam operasional perusahaan.

Sedangkan bagi kita di Negara berkembang dan Negara dunia ketiga, berwisata masih dianggap sebagai suatu kemewahan atau kebutuhan tersier. Banyak diantara masyarakat kita yang mengaggap bahwa kebutuhan untuk refreshing bukanlah suatu hal yang dianggap penting dan manfaatnya juga tidak nyata secara langsung dilihat. Pemikiran ini memang sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita. Terbukti dengan banyaknya tempat-tempat yang mempunyai potensi wisata yang bagus, tidak dirawat, tidak dihargai dan diperdulikan.

Padahal Negara kita memiliki aset pariwisata yang sangat besar sekali bagai memiliki harta karun yang tertimbun, yang harus digali, dikembangkan, dan dikontrol pengembangan dan perawatannya langsung oleh pemerintah. Untuk membahas tanggung jawab siapa potensi wisata ini harus diserahkan, tentusaja hal ini bukan pembahasan yang sedikit. Untuk itu kita kembali fokuskan saja pada kebutuhan-kebutuhan psikologis manusia untuk merefresh kembali pikiran mereka dengan cara berwisata. Tentang bagaimana masyarakat kita kebanyakan tidak menganggap penting kebutuhan ini. Namun tidak semua masyarakat kita yang berpikir demikian, banyak juga masyarakat yang sudah menyadari kebutuhan pariwisata ini.

Pada dasarnya wisata tidak mengharuskan kita berkeliling ke luar negeri, ke daerah-daerah yang jauh, tetapi lebih penting daripada itu, kita harus terlebih dahulu mendefinisikannya sebagai suatu kebutuhan untuk melepaskan diri dari suatu rutinitas yang berkepanjangan. Ada banyak cara untuk melakukan aktivitas wisata ini, bahkan dengan budget yang kecil sekalipun. Intinya, kita melakukan aktivitas diluar rumah, diluar kebiasaan yang kita lakukan, ditempat yang tidak biasa kita kunjungi sehari-hari. Karena itulah kita tidak bisa menyeragamkan kebutuhan tempat wisata mana yang dibutuhkan orang satu dengan yang lainnya.

Bagi orang kota mungkin saja pergi ke pedesaan menghirup udara gunung yang menyegarkan, mendengarkan riak air sungai dan kicauan burung-burung di pertanian adalah tempat yang ideal untuk melepas penat di akhir pekan. Sebaliknya, bagi orang desa yang setiap harinya menyaksikan itu semua, apakah di akhir pekan mereka rela menghabiskan uang untuk perjalanan ke kampung tetangga dengan suasana dan pemandangan yang sama?

Tentu saja ada perbedaan di sini, orang kota kesehariannya melihat keramaian kota, berbagai macam jenis kendaraan dijalan raya, gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan. Maka mereka mencari suasana yang berbeda dengan mendatangi tempat-tempat menarik di pedesaan. Sedangkan bagi orang desa yang rutinitasnya di sawah, sungai dan pegunungan, bisa jadi mereka akan merefresh diri mereka dengan memandang takjub kemegahan-kemegahan bangunan di perkotaan.

Hal ini harus dipandang dari dua sisi yang berbeda tanpa menyamakan esensi wisata ke arti yang sempit yaitu ke tempat-tempat yang berhubungan dengan alam. Oleh sebab itu masa sekarang orang membuat istilah yang lebih luas untuk pariwisata, seperti istilah wisata alam, wisata situs peninggalan bersejarah, wisata belanja, wisata kuliner, wisata alam pedesaan, wisata seni dan kebudayaan, dan sebagainya.

Bagaimana memandang wisata-wisata ini sebagai bagian kebutuhan dari kehidupan kita? Jika para pengguna computer mungkin sudah biasa dengan istilah menu atau tombol refresh untuk computer. Menu ini memang sengaja disediakan agar merapikan kembali processing komputer. Maka begitupun kita, setelah melakukan proses berpikir yang panjang dan bekerja yang melelahkan otak maupun otot, kita membutuhkan suatu sarana yang menyegarkan kembali ‘Central processing unit’ kita. Jika dijelaskan secara ilmiah, ketika kita berada pada tekanan tinggi, permasalahan yang rumit, dan rutinitas-rutinitas yang membuat jenuh, maka terdapat dalam tubuh kita reaksi-reaksi kimia yang terbentuk dengan sendirinya.

Output reaksi kimia ini berupa tingkat asam yang tinggi pada beberapa organ yang biasanya cepat diketahui pada organ lambung, otak dan organ lainnya. Jika tingkat kelelahan dan stres tinggi, maka berbanding lurus dengan peningkatan asam ini. Reaksi kimia ini terjadi dengan sendirinya, tubuh kita sendiri lah yang bereaksi menghasilkannya, apapun itu yang kita konsumsi dalam makanan.

Untuk itu diperlukan reaksi penetralan asam ini dengan cara memberikan waktu untuk tubuh masa-masa untuk menikmati hal-hal baru, pengalihan pikiran dari hal-hal yang menekan atau pembebasan pikiran. Jika ini sudah dilakukan maka ibarat menekan tombol refresh pada computer, perangkat keras kita akan lebih siap memproses lagi, menerima instruksi. Yang dalam kehidupan nyata, kita akan siap menghadapi berbagai tantangan-tantangan baru dan ide-ide cemerlang akan dengan mudah datang silih berganti. Nah, kegiatan wisata merupakan bagian dari aktifitas refreshing ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar