Minggu, 19 September 2010

Melihat dunia dari sudut pandang seorang yang arif

Kisah berikut merupakan suatu penuturan yang dikemas secara lugas dan kontradiktif terhadap persepsi kebanyakan orang dalam memaknai hidup.Ini bukan lah tentang berpikir positif, konsep bersyukur, tapi benar benar pada inti makna kehidupan itu sendiri.

Hidup ini indah. itu yang selalu menjadi paham yang dianut seorang seniman sebuah negeri selatan. Konsep ini sudah tertanam dibenaknya setelah ia melakukan pencarian makna hidup dari berbagai pengalaman dan tempat tempat yang pernah dikunjunginya.

Ia berpikir bahwa tidak layak seorang manusia itu berkeluh kesah, bersedih, dan berputus asa. Jika dirunut dari awal, terciptanya kita di kehidupan dunia merupakan kasih sayang Tuhan. Ini merupakan suatu kebahagiaan bagi "calon" diri kita diawal awal kehidupan.

Kemudian kita terbentuk dari proses kasih sayang orang tua kita. Jika diantara kita ada yang mengelak dari pernyataan ini, mungkin karena tidak bangga kepada pemerkosa yang tidak bertanggung jawab, setidaknya kita tetap terlahir karena kasih sayang ibu yang mempertahankan janinnya hingga kelahiran. lalu kelahiran itu sendiri mendatangkan kebahagiaan orang- orang yang menantikan kelahiran kita.

Seluruh keluarga, sanak saudara merasa bersyukur atas kelahiran kita, dan mereka tersenyum karena satu generasi sudah ada penerus.Disaat kita masih kecil kita tidak dibiarkan begitu saja, ada orang orang yang berjuang buat kita, ada orang yang mengasihi, member makan, pakaian dan tempat tinggal untuk kita. Kemudian kita punya potensi, di dalam diri kita yang telah dipersiapkan Tuhan untuk bertahan hidup. Yaitu akal, yang dengannya kita belajar, mengasah kemampuan, berlatih dan bertindak untuk sesuatu yang disebut cara bertahan hidup.

Dan kita sudah difasilitasi untuk itu, belajar, bisa dari orang lain, dari mengamati alam sekitar dan dari perenungan. kemudian kita bekerja entah itu bekerja sendiri, untuk orang lain, ataupun suatu kerjasama dengan orang lain. Kesulitan tidak untuk dikeluhkan.

tapi jika kita bisa melihat dari sudutpandang bahwa jika dengan menempuh kesulitan itu kemudian saya berhasil, maka akan tercipta suatu perubahan ke arah yang lebih baik. Kadangkala saya merasa sebal dengan orang yang mengatakan; di dunia ini hidup tidak ada yang gratis. Penilaian itu tidak saya sukai karena ada tersirat nada kesinisan terhadap orang lain. cobalah kita menilai dengan cara begini:
Kita hidup. Kita ingin makan, kita punya modal untuk mendapatkannya yaitu dengan bekerja. Itupun bukan kita yang harus mengerjakan semuanya.

Ada petani yang menggarap tanaman padi dan sayurmayur, ada peternak yang membiakkan hewan ternak, ada nelayan yang menangkap ikan, dan semua siap bekerja sama untuk makanan kita. itulah menariknya, mereka melakukan satu bagian pekerjaan, kemudian yang lain melengkapi dan kitapun ikut di
dalamnya entah itu dengan uang, yang kita peroleh dari hasil bekerja. Yang kita kerjakan itupun merupakan kebahagiaan, bukan suatu beban.

Kita memiliki kebebasan untuk memilih hal hal yang senang kita lakukan, kita minat pada hal tersebut sehingga kita tekuni dan pekerjaan tersebut dihargai orang. Jadi ada prinsip saling berbagi disini. Rasakanlah indahnya, mereka berbagi untuk kita,kita berbagi untuk mereka, kita peroleh sayurnya, mereka peroleh dagingnya, sehingga ada variasi unik dalam kerjasama yang apik ini.

Coba bayangkan jika kita melakukan semuanya, jika tidak terfokus satu kemampuan maka tidak ada yang maksimal hasil yang kita kerjakan, dan kita akhirnya tidak mendapat apa apa.

Percayalah, bahkan jual beli itupun merupakan suatu bentuk cinta sesama. Bagaimana kita mengasihi yang lain, dan mereka juga memberikan sesuatu kepada kita. Jadi tidak perlu sinis dan merendahkan orang lain karena dengan alasan apapun, kita membutuhkan orang lain, mengasihi sesama, saling berbagi.

Tidak ada kata saling membenci, kita hidup untuk mengasihi, untuk merasa senang dan bahagia. karena pada dasarnya kita hanyalah makhluk lemah yang hina karena nafsu. Kemudian keindahan berikutnya adalah kita menikah, istri berbakti pada suami, suami bertindak sebagai pelindung istri dan keluarga. Keadaan ini juga suatu kerjasama yang menarik yang mana ada kebahagian dalam memberi dan berbagi.

Setelah itupun kita bahagia karena mempunyai keturunan, membesarkan anak anak, membentuk suatu keluarga besar. Inti yang ingin disorot disini adalah seseorang yang hadir dimuka bumi ini, jika mereka melihat dari sisi bahwa dengan bermurah hati, menggunakan akal dan potensi lainnya untuk membuat suatu kebaikan, akan menghasilkan kebaikan pula.

Itulah kebahagiaan, pada dasarnya semua sudah ada tersedia, hanya diri kita lah yang perlu mengasah kemampuan, kreativitas, menyukai orang lain, hal hal disekitar, menyukai pekerjaan kita, dan menebarkan kasih sayang dan kebahagiaan itu ke muka bumi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar